UpdateNusantara.id, Tenggarong – Bank Sampah Al-Hidayah yang dikelola oleh warga RT 4 Kelurahan Maluhu telah mencapai kesuksesan yang signifikan. Mereka mengambil sampah rumah tangga sehari-hari dan mengubahnya menjadi barang yang bermanfaat, termasuk kerajinan dan pupuk kompos.
Pengelolaan sampah ini telah menghasilkan manfaat ekonomis yang berarti, dan yang lebih luar biasa lagi, hasil dari daur ulang sampah tersebut disumbangkan untuk Taman Pendidikan Alquran (TPQ) yang berdekatan.
“Saya ingin melihat bank sampah ada di setiap RT. Ini akan membantu warga dalam mengelola sampah dan menjadikannya sumber manfaat,” ucap Lurah Maluhu, Tri Joko Kuncoro saat dikonfirmasi awak media, Sabtu (7/10/2023).
Pencanangan bank sampah ini terus diupayakan, dan saat ini sudah ada tiga unit bank sampah di Kelurahan Maluhu, yaitu di RT 3, RT 4, dan RT 23. Pengelolaannya sederhana, dengan memberikan karung kepada warga untuk mengumpulkan sampah seperti plastik dan dedaunan. Sampah-sampah ini dikumpulkan, diubah menjadi kerajinan, dan hasilnya disumbangkan ke TPQ langgar.
Sementara itu, Direktur Bank Sampah Al-Hidayah, Sugiarto, mengatakan bahwa tujuan dibentuknya bank sampah ini adalah untuk menjaga lingkungan dan menciptakan kebersihan di desa mereka. Dengan memberikan karung kepada warga, mereka memisahkan sampah organik dan non-organik. Sampah ini kemudian diambil dan dimanfaatkan sepenuhnya.
“Saat ini, bank sampah ini belum mengelola sampah residu, tetapi lebih fokus pada sampah organik dan non-organik. Ini kami pelajari secara otodidak melalui internet, pertemuan, dan diskusi rutin,” ucap Sugiarto.
Tak hanya itu, Sugiarto juga mengungkapkan bahwa dari sampah yang dikumpulkan pihaknya kerap kali membuatnya menjadi kompos hingga kerajinan.
Meski Bank Sampah Al-Hidayah ini baru berusia delapan bulan, namun telah siap mengikuti kompetisi seperti penilaian Adipura. Bank Sampah Al-Hidayah ini juga telah menghasilkan berbagai karya dari sampah, termasuk tas dari plastik bekas, eco brick, dan pupuk kompos.
“Manfaatnya pun beragam, seperti hasil penjualan kerajinan sampah yang disumbangkan ke TPQ langgar sekitar Maluhu. Pupuk kompos yang dibuat dari dedaunan juga digunakan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) dalam pertanian mereka,” sebutnya.
Lanjutnya, ia berharap ada dukungan dari pemerintah berupa fasilitas seperti alat transportasi. Agar lebih mempermudah mereka untuk mengangkut sampah dari warga.
“Harapannya ada bantuan dan dukungan dari pemerintah, perlu alat transportasi untuk angkut sampah warga,” pungkasnya. (KY/Adv/DiskominfoKukar)