UpdateNusantara.id, Samarinda – Di balik keramaian Kota Samarinda, Muhammad Darlis Pattalongi, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kalimantan Timur (Kaltim) baru saja menyelesaikan resesnya di 12 titik tersebar, mencatat beragam suara dan keluhan warga.
Usai dilantik pada September 2024, ini adalah kesempatan pertamanya turun langsung menyapa konstituen dari dekat, menyusuri gang-gang di kawasan pinggiran dan menyelami berbagai kebutuhan yang menjadi denyut kehidupan sehari-hari mereka.
Selama sepekan, dari akhir Oktober hingga awal November, Darlis menjelajahi wilayah-wilayah Samarinda, mulai dari Kelurahan Handil Bakti di Kecamatan Palaran hingga Lok Bahu di Kecamatan Sungai Kunjang. Di sana, dia mendengar harapan warga yang sederhana tetapi bermakna mulai dari penerangan jalan, bantuan posyandu, bibit tanaman, bahkan ambulance.
Aspirasi ini mencerminkan kebutuhan yang kerap luput dari perhatian kota besa dan kebutuhan nyata yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup mereka.
Di Kecamatan Sungai Kunjang, warga berbicara tentang keinginan sederhana yakni lampu jalan. Dalam kegelapan yang kerap melingkupi gang-gang kecil di sana, permintaan akan lampu jalan melalui PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) menjadi sebuah simbol harapan.
“Kalau malam, jalanan di sini gelap sekali, jadi penerangan sangat kami butuhkan,” ujar seorang warga kepada Darlis, yang menyimak dengan saksama.
Selain lampu jalan, ada juga permintaan unik yang lahir dari daerah ini: bibit tanaman lemon untuk membangun “kampung lemon” yang sudah mereka impikan sejak lama. Gagasan ini sederhana, tetapi mencerminkan semangat dan kreativitas warga yang ingin menata wilayahnya dengan cara unik.
Tak hanya itu, di sini juga mereka ingin pembangunan posyandu yang lebih baik serta adanya gapura selamat datang, sebuah gerbang kecil yang melambangkan kebanggaan komunitas.
Kondisi fasilitas umum lainnya juga menjadi sorotan masyarakat di sejumlah wilayah. Di Sempaja Utara, warga mengeluhkan kondisi infrastruktur menuju tempat ibadah atau langgar yang menurut mereka membutuhkan perbaikan. Mereka juga menyuarakan masalah lama, pemasangan dan perbaikan pipa PDAM yang kerap macet, hingga mengganggu kebutuhan air sehari-hari.
Tak berhenti di situ, di Sungai Pinang, warga menginginkan perbaikan drainase untuk mengatasi masalah banjir yang kerap datang ketika hujan deras, serta bantuan beasiswa bagi anak-anak mereka. Tuntutan ini bukan hanya soal infrastruktur atau fasilitas, melainkan bagian dari upaya mereka dalam mencari kesejahteraan di tengah keterbatasan.
Tak hanya infrastruktur kecil, permintaan akan peningkatan status fasilitas kesehatan juga mengemuka. Di Loa Janan Ilir, mereka menginginkan peningkatan status puskesmas pembantu menjadi lebih layak untuk bisa melayani kebutuhan warga yang tidak sedikit jumlahnya. Begitu pula dengan perbaikan jalan, jembatan, hingga semenisasi gang yang selama ini kurang mendapat perhatian.
Di tengah semua harapan itu, satu yang paling mencuri perhatian adalah permintaan pengadaan mobil ambulans. Bagi banyak warga di wilayah terpencil ini, ambulans bukan sekadar kendaraan, melainkan jembatan hidup yang mampu membawa seseorang menuju layanan medis saat dibutuhkan.
Darlis memahami bahwa suara-suara ini adalah cerminan kehidupan sehari-hari rakyatnya, dan sebagai wakil rakyat, tugasnya tak selesai hanya dengan mendengar.
Ia menegaskan, aspirasi yang didengarnya akan dibawa ke rapat-rapat bersama pemerintah daerah. Bagi Darlis, tak perlu menunggu agenda reses untuk berbicara dengan warga, karena baginya, Kantor DPRD Karang Paci adalah rumah rakyat yang pintunya selalu terbuka.
“Ini (reses) sudah perintah undang-undang. Tapi masyarakat juga bisa datang langsung mengadu ke kantor,” tuturnya penuh harap agar Kantor DPRD bisa benar-benar menjadi wadah dialog masyarakat.
“Kami terbuka untuk masukan apa saja,” katanya menutup, seolah mengajak semua warga untuk lebih aktif dan berani menyampaikan apa yang mereka inginkan demi terciptanya kehidupan yang lebih baik di Samarinda. (MF/Adv/DPRDKaltim)