AdvertorialDPRD KALTIM

Minat Baca Generasi Muda Kaltim Menurun di Tengah Gencarnya Arus Media Sosial

×

Minat Baca Generasi Muda Kaltim Menurun di Tengah Gencarnya Arus Media Sosial

Sebarkan artikel ini
Anggota DPRD Kaltim, Andi Muhammad Afif Rayhan Harun. (Foto: Ist)
Example 468x60

UpdateNusantara.id, Samarinda – Di era digital yang serba praktis, buku sebagai sumber utama pengetahuan perlahan mulai tergeser oleh cuplikan-cuplikan informasi singkat dari media sosial.

Fenomena ini menjadi sorotan Anggota Dewan Perwakilam Rakyat Daerah (DPRD) Kalimantan Timur (Kaltim), Andi Muhammad Afif Rayhan Harun. Ia mengungkapkan keprihatinannya terhadap penurunan minat baca di kalangan generasi muda, yang menurutnya dapat mengancam kualitas generasi emas mendatang.

“Saya pribadi melihat tantangan terbesar generasi emas ke depan adalah kurangnya minat baca. Anak-anak zaman sekarang cenderung acuh terhadap kegiatan membaca, karena semua informasi sudah tersedia secara praktis melalui media sosial,” ujar politisi Partai Gerindra yang akrab disapa Afif ini.

Afif menilai, media sosial yang menawarkan informasi dalam bentuk video pendek, reels, hingga podcast menjadi salah satu penyebab utama fenomena ini. Menurutnya, meskipun media sosial menyajikan informasi cepat, hal tersebut tidak mampu menggantikan kedalaman ilmu yang hanya bisa diperoleh melalui membaca buku.

“Padahal, ilmu sebenarnya itu ada dalam buku. Bung Hatta pernah mengatakan, ‘Aku rela dipenjara asalkan bersama buku.’ Buku adalah jendela dunia. Sedangkan informasi dari video pendek atau podcast sering kali terpotong-potong dan tidak menyeluruh,” tegasnya.

Afif juga menyoroti perbandingan minat baca generasi muda di Kalimantan Timur dengan daerah lain di Indonesia. Ia menyebut literasi di Kalimantan Timur masih tertinggal jauh dibandingkan wilayah lain, yang menurutnya menjadi ancaman serius jika tidak segera diatasi.

“Jika kondisi ini terus dibiarkan, generasi muda Kaltim akan kalah bersaing dengan anak-anak di daerah lain. Di luar Kalimantan, minat baca dan literasi mereka jauh lebih tinggi. Kita harus segera bertindak untuk mengubah ini,” ujarnya.

Ia menekankan bahwa literasi tidak hanya tentang membaca buku, tetapi juga tentang kemampuan memahami informasi secara mendalam dan kritis. “Literasi adalah fondasi bagi kita untuk mendapatkan informasi yang benar dan mendalam. Tanpa itu, generasi muda kita akan tertinggal,” tambahnya.

Sebagai langkah awal, Afif mengajak semua pihak, mulai dari pemerintah, sekolah, hingga keluarga, untuk bersama-sama memupuk kembali budaya membaca di tengah masyarakat. Ia menyarankan agar pemerintah daerah lebih proaktif dalam mengadakan program-program literasi, seperti membangun perpustakaan modern, menyediakan akses buku digital, hingga mengadakan lomba membaca yang menarik bagi anak muda.

“Kita harus membuat membaca menjadi sesuatu yang menyenangkan. Jika tidak, generasi kita akan semakin jauh dari kebiasaan yang fundamental ini,” tuturnya.

Afif juga berharap pemerintah dan masyarakat bisa bekerja sama menciptakan ekosistem literasi yang kuat di Kalimantan Timur. “Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab bersama. Orang tua, guru, dan komunitas harus berperan aktif dalam mendorong budaya membaca,” pungkasnya.

Di tengah derasnya arus digitalisasi, tantangan menjaga budaya membaca semakin besar. Namun, dengan upaya kolektif, Afif percaya generasi muda Kaltim masih memiliki peluang untuk kembali mencintai buku dan menjadikannya sebagai sumber utama ilmu pengetahuan. Bagaimanapun, buku tetaplah jendela dunia, meskipun dunia semakin dipenuhi layar.  (MF/Adv/DPRDKaltim)

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

73 − = 63